Partai-partai Mau Jual Isu Apa?

Pemilu sudah kian mendekat. Sejak beberapa waktu yang lalu partai-partai politik yang akan ikut dalam pertarungan telah sibuk mengambil ancang-ancang. Masing-masing pihak sedang memutar otak untuk mempersiapkan jurus-jurus jitu yang diperkirakan akan mampu mempengaruhi publik untuk tertarik memilih partai yang bersangkutan. Secara resmi, upaya untuk mengajak rakyat memilih partai tertentu akan dilakukan lewat kampanye yang akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Namun tidak tertutup kemungkinan sebelum waktu itu pun orang-orang partai telah melakukan langkah-langkah untuk menarik simpati publik kepada partainya masing-masing.

Dalam melakukan kampanye ke tengah-tengah khalayak, masing-masing partai akan tampil dengan tema kampanye yang menjadi andalan untuk memikat perhatian calon pemilih. Tema kampanye menjadi hal yang penting karena khalayak akan menilai kelayakan suatu partai antara lain dari apa yang disampaikannya sebagai suatu misi yang akan diperjuangkan untuk kepentingan para pemilih.

Ibarat sebuah pasar raksasa yang terbuka, para penjual akan menawarkan dagangan masing-masing, tentunya dengan cara-cara yang juga diupayakan paling menarik. Dalam situasi seperti ini, para pembeli memang memiliki posisi tawar yang cukup kuat. Berhubung jumlah penjual cukup banyak, sedangkan "barang" yang mereka tawarkan relatif sama, maka proses menuju terjadinya transaksi tentulah merupakan sesuatu yang cukup menarik.

Isu-isu Potensial
Untuk mengisi tema kampanye tersebut, diperlukan berbagai isu yang diperkirakan akan menarik perhatian audiens. Apa sajakah gerangan isu yang potensial akan ditampilkan oleh partai-partai dalam kampanye menjelang pemilu kali ini? Ini merupakan pertanyaan penting, karena bila salah dalam memilih ataupun menetapkan isu kampanye, bisa-bisa terjadi kegagalan merebut hati para pemilih. Karena itu, langkah memilih isu ini memang benar-benar krusial dan strategis sifatnya, bila suatu partai ingin kampanye yang dilakukannya akan membawa hasil yang diharapkan.

Untuk mendapatkan isu-isu yang betul-betul strategis harus dilakukan identifikasi isu-isu (issues identification) yang berkembang di tengah publik. Isu-isu ini merupakan representasi dari realitas yang terjadi di tengah masyarakat. Sesuatu yang menjadi pikiran, sedang dirasakan, dan di sana-sini menjadi bahan perbincangan yang hangat di tengah masyarakat.

Inilah yang dimaksud dengan isu. Orang ramai kala ini sedang memikirkan apa? Hal-hal apakah yang mereka percakapkan di antara sesama? Ini harus dapat dijaring dengan jeli. Jangan sampai salah menangkap isu. Semakin tepat hasil identifikasi isu, maka bertambah besar kemungkinan khalayak akan merasakan adanya kedekatan mereka dengan apa yang disajikan oleh juru kampanye.

Bila diperhatikan rangkaian permasalahan yang hangat dibicarakan publik, maka sejumlah isu yang diperkirakan akan digunakan oleh para peserta pemilu dalam kampanye mereka kali ini antara lain adalah
  • Korupsi yang merajalela bagaimana konsep dan rencana memberantasnya?
  • Peningkatan kesejahteraan rakyat dari dulu hingga sekarang, mayoritas rakyat merasa masih serba kekurangan dalam segala aspek kehidupan, bagaimana konsep untuk mengatasinya?
  • Utang Luar Negeri
  • Dosa masa lalu siapa yang dulu telah (dan ikut) mencelakakan rakyat?
  • Persatuan bangsa
  • Mutu pendidikan (tempat orang menggantungkan masa depan)
  • Kepentingan daerah/lokal
  • Kesempatan/lowongan kerja berapa banyak orang menganggur?
  • Upah buruh
  • Pendapatan petani
Masing-masing isu di atas memang memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri. Bagi partai yang memilih isu tersebut juga akan menanggung implikasi internal dan eksternal dari dipilihnya isu tertentu. Ada partai yang merasa kurang sreg untuk mengetengahkan suatu isu karena hal tersebut sedikit banyak akan mengganggu kenyamanan orang-orang partainya sendiri. Ada pula isu yang jika dijadikan tema kampanye malah menjadi bumerang bagi partai yang bersangkutan. Jadi pilihan terhadap isu tertentu bukan semata-mata karena dianggap akan ampuh untuk memikat perhatian publik, namun mempertimbangkan pula hal-hal lain yang menjadi implikasi dari pilihan tersebut.

Meski akan ada beberapa partai yang sama-sama menggunakan isu yang serupa, sentuhannya pasti akan tetap berbeda. Sebabnya, isu-isu tersebut digunakan sekadar sebagai "kendaraan" ataupun "bingkai" untuk wadah mengekspresikan kepentingan masing-masing partai yang tentunya akan bersifat spesifik-partai (party-specific).

Tujuan para partai memang sama, yaitu memenangkan perhatian dan pilihan rakyat. Apakah ketertarikan rakyat pemilih akan tertuju pada isu yang diambil oleh suatu partai, atau pada tokoh yang menyampaikan isu dimaksud? Manakah yang sesungguhnya menentukan? Isi kampanye atau juru kampanyenya? Atau jangan-jangan para pemilih justru tidak perduli pada isu yang ditampilkan oleh para partai.

Suatu pertanyaan penting pula adalah, masihkah publik tertarik pada isu-isu yang itu-itu saja? Sebab, kalau diamati, sebenarnya isu-isu yang akan ditampilkan pada kampanye menjelang pemilu nanti tidak banyak berubah atau bergeser dari apa yang telah dijadikan isu pada pemilu-pemilu sebelumnya. Yang berbeda hanyalah pada penekanan dan konteks situasionalnya saja.

Untuk menjawab pertanyaan ini pada saat sekarang memang agak sukar, berhubung sejauh ini belum ada studi yang mengkaji pengaruh isu terhadap keputusan pilihan yang diambil oleh para pemilih pada pemilu-pemilu yang telah berlangsung selama ini. Jika kajian itu ada, kita dapat menganalisis bagaimana hubungan pengaruh-mempengaruhi antara kampanye, isu kampanye yang disajikan, serta perolehan suara suatu partai.

Tanpa itu agaknya, kita hanya dapat meraba-raba, atau paling jauh sekadar suatu dugaan-dugaan yang tidak didukung oleh bukti-bukti empiris. Jangan-jangan, para pemilih di Indonesia sebenarnya tidak peduli pada isu, materi dan juru kampanye, sebab, mereka itu, rakyat pemilih, sebenarnya sejak awal pun sudah menentukan pilihan sendiri.

Kualitas dan Kompetensi Pemilih
Pemilihan isu kampanye yang jitu belum menjamin tertariknya para calon pemilih untuk mencoblos suatu partai. Masih banyak faktor lain yang menentukan hal itu. Dalam kondisi pemilih yang cerdas dan kritis, sejumlah kriteria amat menentukan untuk memilih atau tidak memilih partai tertentu dalam pemungutan suara pemilu.

Di antara kriteria itu, adalah soal track record partai dan orang-orang yang dicalonkan oleh partai yang bersangkutan: siapa mereka? Bagaimana sepak terjang dan perilakunya selama ini? Nah, mereka yang telah cacat dan bernoda dalam riwayat perilakunya, jangan mengharap akan memperoleh suara dari para pemilih. Itu sebabnya, di negara-negara maju, curriculum vitae dan pengenalan mengenai siapa kandidat yang dicalonkan partai amat penting diketahui oleh oleh publik.

Meski demikian, harus pula disadari, banyak faktor lain yang turut menentukan terpilih atau tidaknya partai dan calegnya. Misalnya, faktor situasional, jalinan atau pun kedekatan emosional antara pemilih dengan partai/calegnya. Jangan lupakan ada pula kemungkinan pengaruh iming-iming materi yang dijanjikan atau pun telah diberikan oleh partai tertentu kepada para calon pemilihnya. Di samping itu, merupakan suatu kenyataan bahwa di tengah masyarakat kita masih cukup kuat keberadaan pengaruh kharismatis, hubungan primordial, historis, ideologis, etnisitas dan semangat korps, yang kesemuanya dalam banyak hal justru menentukan pilihan para pemilih.

Membantu Pemilih
Publik sebenarnya perlu dibantu dalam mempertimbangkan pilihan yang akan mereka ambil dalam memberi suara di hari pemilu. Kepada siapakah seyogyanya mereka memberikan suaranya? Tentu kepada caleg dan partai yang dinilai lebih baik dari yang jelek-jelek. Untuk itu, berilah masukan kepada publik calon pemilih. Ungkapkan kepada mereka segala informasi dan data yang layak menjadi bahan pertimbangan, agar mereka tidak salah pilih. Nasib bangsa akan menjadi tidak menentu, bila dalam memberikan suaranya, rakyat ternyata tidak benar-benar mengetahui (well informed) tentang siapa yang dipilihnya.

Seharusnya, setiap pilihan yang dilakukan oleh para pemilih hendaklah benar-benar suatu informed choice yakni pilihan yang telah didasarkan pada informasi yang cukup mengenai apa yang akan dipilih. Jangan sampai pilihan yang dibuat hanya karena para pemilih sekadar terpukau pada tampilan sesaat yang sudah barang tentu telah "didandani" begitu rupa agar benar-benar memikat siapa pun yang melihat atau mendengarnya.

------
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0401/27/opi01.html
Posted at 10:05 | 0 comments read on

About Me

Zulkarimein Nasution
Depok, Jawa Barat.